Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Pan-Islamisme

Pertikaian Terbuka SI-PKI. Pada bulan November 1920 surat kabar PKI (Partai Komunis Hindia) yang berbahasa Belanda Het Vrije Woord (Kata Yang Bebas) menerbitkan tesis-tesis Lenin tentang masalah nasional dan penjahahan, yang berisi kecaman-kecaman  terhadap Pan Islam dan Pan-Asianisme. Sementara itu SI (Sarekat Islam) kian lama kian dipengaruhi Haji Agus Salim dan para pendukung Pan Islamisme. Akibatnya terjadi pertikaian terbuka yang sengit. PKI dituduh anti Islam . Pertikaian terbuka secara berapi-api itu baik dalam pertemuan-perte muan maupun dalam surat-kabar membuat basis masa SI cenderung untuk keluar dari organisasi politik (Ricklefs, 2005:364) Upaya-upaya yang dilakukan oleh beberapa orang pemimpin untuk menyelesaikan pertikaian tersebut mengalami kegagalan. Pan Islamisme. Apakah Pan Islamisme yang menjadi sasaran kritik PKI dan Lenin ? Islamisme adalah suatu paham atau ajaran yang berdasarkan Islam. Dalam kehidupan politik ada sekurang-kurang nya dua aliran atau p

Haji Misbach

Haji Misbach alias Haji Merah lahir 1876. Pada awal tahun 1919 berlangsung kekacauan-kekac auan pedesaan di Surakarta yang dipimpin oleh Haji Mochamad Misbach. Misbach dan Douwes Dekker ditahan, Tjipto Mangunkusumo diasingkan. Dalam khotbah-khotbah nya Misbach memdoktrinkan bahwa Islam dan komunisme merupakan hal yang sama. Sehingga muncul versi komunisme Islam yang disebarkannya di Surakarta dan tersebar pula di Minangkabau dan Jawa Barat. PKI pada waktu itu kurang mendoktrinkan teori Marx dan Lenin tapi meromantisir Majapahit sebagai masyarakat yang mulia. Pahlawan PKI adalah Dipanegara Kiyai Maja dan Sentot. Ramalan mesianistis mengenai Ratu Adil juga dimanfaatkan PKI sebagai daya tarik. Gerakan komunisme Islam kebanyakan dipimpin oleh guru sufi dan tokoh Islam tradisional. Para pemimpin Islam modernis yang mendedikasikan diri pada ortodoksi Islam berdasarkan Al Quran dan hadits secara ketat adalah penentang utama komunisme Islam. Saat Sarekat Islam terpecah ke dalam SI Merah dan SI

Haji Kiri Dari Ranah Minang

Kisah Haji Datuk Batuah dan Natar Zainuddin. Haji Ahmad Khatib alias Haji Datuk Batuah (HDB). Ia lahir tahun 1895, di Koto Laweh, Padang Panjang. Ayahnya, Syekh Gunung Rajo, adalah seorang pemimpin Tarekat Syattariyah. Datuk Batuah sempat mengenyam pendidikan dasar di sekolah Belanda. Setelah tamat, ia menuntut ilmu di Tanah Mekah selama 6 tahun, yakni dari tahun 1909 hingga 1915. Di sana ia berguru pada Syech Ahmad Khatib al-Minangkabawi . Begitu pulang dari Mekah, Datuk Batuah langsung bergabung dengan Sumatera Thawalib. Awalnya, ia menjadi murid Haji Rasul. Dia dianggap murid paling cerdas dan dinamis. Karena itu, ia pun diangkat menjadi Asisten pengajar oleh Haji Rasul. Sumatera Thawalib perguruan yang progresif, membolehkan guru dan murid-muridnya mempelajari pemikiran radikal Marxisme dan Komunisme yang disebut sebagai “Ilmu Kuminih”. HDB bertemu Natar Zainuddin, seorang buruh komunis saat ditugaskan Haji Rosul ke Aceh. Pada tahun 1923 HDB dan Natar menghadiri kongres SI di Band

Islam dan Sosialisme

“Bagi kita orang Islam, tidak ada sosialisme atau rupa-rupa isme yang lain-lainnya yang lebih baik, lebih elok, dan lebih mulia, selain sosialisme yang berdasarkan Islam.” —H.O.S. Tjokroaminoto Setelah Kongres Istimewa PKI pada 24 Desember 1920, pertentangan di tubuh CSI (Centraal Sarekat Islam) antara golongan Semaun dan golongan Tjokroaminoto semakin melebar. Melihat kenyataan tersebut para tokoh SI tidak tinggal diam. Dengan giat mereka menggembleng para anggota SI dengan paham "sosialisme berdasarkan Islam," baik melalui surat kabar SI maupun melalui pidato di Kongres Al Islam di Garut tahun 1922. Komite kongres ini diselenggarakan  bersama Muhammadiyah untuk meluaskan ide Pan Islamisme. Hubungan-hubung an dengan gerakan Islam di luar negeripun diusahakan (Sudiyono, ENI Vol. 12, 2004:205; Masyhuri, ENI Vol. 7, 2004:253). Dari sekian banyak artikel yang pernah ditulis Tjokroaminoto, ada dua judul yang paling mencuri perhatian, yakni “Apakah Sosialisme Itu” dan “Sosiali