Asal usul Khidir tidak jelas atau misterius seperti hidupnya yang tidak diketahui kapan ia lahir atau kapan ia wafat. Cerita tentangnya dikisahkan Allah dalam konteks pertemuannya dengan Nabi Musa as. Selain itu memang ada hadis yang berkisah tentangnya. Ada dua hal yang terkait dengan Khidir. Pertama, apakah dia seorang Nabi atau Wali. Kedua, apakah dia masih hidup hingga saat ini atau setidaknya sampai di masa Rasulullah saw.
Mengenai yang pertama saya sepakat dengan Ibn Kathir yang menggolongkanny
1. Ada ayat mengatakan
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami" (QS 18:65). Hamba di sini adalah Khidir. Rahmat di sini adalah wahyu dan kenabian. Ilmu di sini adalah ilmu tentang yang gaib.
2. Musa berkata kepadanya :
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
Jika Khidir hanya seorang wali (kekasih Allah) dan bukan nabi maka Musa tidak akan mengikutinya.
3. Ketika Khidir menjelaskan arti dari apa yang dilakukannya ia berkata : "...sebagai rahmat dari Tuhanmu dan aku tidak melakukannys karena kehendakku sendiri."
Mengenai yang kedua yaitu apakah Khidir hidup di masa kini ada dua pendapat.
1. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa ia masih hidup hingga kini. Karena Adam memberinya berkah umur panjang. Ada pula yang mengatakan ia minum Air Kehidupan.
2. Pendapat yang lain mengatakan Khidir sudah tiada berdasar ayat "dan kami tidak menjadikan hidup abadi" (QS 21:34). Selain itu Rasulullah saw saat selesai menjalankan shalat Isya pada malam terakhirnya bersabda "Apakah kamu melihat malam ini ? Tidak ada makhluk saat ini yang eksis hingga seratus tahun lagi."
Berdasar itu saya termasuk yang berpendapat bahwa Khidir sudah wafat bahkan di masa Rasulullah saw. Memang ada ulama yang berpendapat Khidir ikut berperang dalam Perang Badar bersama dengan para malaikat. Namun tak ada petunjuk dalam Al Quran dan hadis yang mengonfirmasi hal itu. Jika Khidir masih hidup pada saat itu pastilah ia akan menjumpai Rasulullah saw karena semua nabi mengakui kepemimpinan Rasulullah saw.
Musa dan Khidir
Musa berkhutbah di depan orang Israel. Seorang jamaah bertanya "siapa orang yang paling berpengetahuan ?" Musa menjawab, "aku." Maka Allah berfirman padanya "Aku punya hamba yang tinggal di pertemuan dua laut yang lebih berpengetahuan darimu." Musa berkata, "wahai Tuhan bagaimana aku bisa berjumpa dengannya." Allah berfirman, "bawalah seekor ikan dalam wadah berisi air, dan di mana ikan itu menghilang, di situlah dia."
Musa berkhutbah di depan orang Israel. Seorang jamaah bertanya "siapa orang yang paling berpengetahuan ?" Musa menjawab, "aku." Maka Allah berfirman padanya "Aku punya hamba yang tinggal di pertemuan dua laut yang lebih berpengetahuan darimu." Musa berkata, "wahai Tuhan bagaimana aku bisa berjumpa dengannya." Allah berfirman, "bawalah seekor ikan dalam wadah berisi air, dan di mana ikan itu menghilang, di situlah dia."
Musa dan muridnya Yusya bin Nun menyusuri tepi laut hingga menginap di tepi pantai. Saat hendak sarapan muridnya berkata bahwa ikannya telah hilang di suatu tempat. Mereka pun kembali menyusuri pantai sampai bertemu dengan Khidir.
Pertemuan Musa dengan Khidir diabadikan di pertengahan surah Al Kahfi yang disunahkan untuk dibaca setiap malam Jumat.
Rasulullah saw bersabda bahwa "ia dinamakan Khidir karena duduk di bulu putih yang bergerak dari belakangnya dan menjadi hijau (khadra)."
Ketika nabi Musa as dan muridnya Joshua pertama kali berjumpa dengannya, ia menutupi dirinya dengan pakaian menutupi wajah sampai leher hingga kakinya. Saat Musa memberi salam ia membuka wajahnya dan membalas salam.
Musa mengatakan ingin belajar kebijakan darinya. Khidir berkata bahwa Musa tidak akan sabar. Tapi Musa berjanji akan sabar dan menaatinya. Khidir memberi syarat Musa tidak boleh bertanya sampai ia sendiri menjelaskan.
Mereka pun pergi berjalan di tepi pantai. Sebuah kapal melintas. Awak kapal yang mengenali Khidir mengajak mereka menumpang tanpa membayar. Begitu berlayar Khidir mengambil kapak dan melubangi perahu. Musa bertanya mengapa ia melakukan hal seperti itu. Khidir berkata bukankah Musa sudah berjanji. Musa pun meminta maaf.
Khidir berkata bahwa ilmunya dan ilmu Musa jika dibanding ilmu Allah hanya seperti air yang menempel di paruh burung camar.
Mereka pun mendarat dan berjalan sepanjang pantai. Saat berjalan memperhatikan seorang bocah laki laki yang sedang bermain sesamanya. Ia mendekati bocah itu merangkul lehernya dan membunuh dengan tanganya. Musa marah, "kamu melakukan kejahatan." Khidir mengingatkan Musa akan janjinya. Musa pun berjanji tak akan bertanya lagi.
Mereka melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di satu kota yang penduduknya bakhil. Saat mereka meminta makanan tak ada seorang pun mau memberi jamuan. Itu adalah sejelek-jelekny
Selanjutnya Nabi Khudir as menjelaskan :
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera."
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera."
"Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)."
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbu
Komentar
Posting Komentar