Langsung ke konten utama

Nabi Zakaria as (100 SM-20 SM) dan Nabi Yahya as atau Johanes Pembaptis (1 M-20 M)


Zakariya bin Ladun bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Daud bin Sulaiman bin Nahur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inamin bin Ruhaiam bin Sulaiman bin Daud. Zakaria hidup di masa Raja Herodes. Saat itu Herodes memaksakan kehendaknya untuk menikahi anak tirinya sendiri. Keengganan nabi Zakaria dan Yahya untuk merestui perkawinan itu membuat Herodes berang. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Yahya dan Zakaria. Akhir dari semua itu adalah terbunuhnya Yahya dan Zakaria dan nabi nabi bani Israil lainnya konon jumlahnya mencapai 70.000 nabi yang dibunuh.
Beliau adalah nabi Bani Israil yang hingga usia senja belum dikaruniai keturunan. Beliau khawatir jika risalah Allah ini tidak ada yang melanjutkan. Zakariya berdoa agar diberi keturunan (mawali) yang akan menjadi pewaris baginya.

Pewaris di sini adalah pewaris kesalehan dan kebajikan bukan pewaris harta atau kekayaan karena para nabi tidak mewariskan kekayaan (hadis). Zakaria adalah seorang tukang kayu yang bekerja mencari nafkah dengan tangannya sendiri seperti halnya Nabi Daud as. Ia tidak sibuk dengan penuh waktu untuk mengumpulkan kekayaan.
Allahpun mengabulkan doanya . Lahirlah putra beliau yang diberi nama Yahya.

Nabi Yahya as pernah membaptis Sayyid al-Masih atau Nabi Isa as di Sungai Yordania (Sungai Syari'ah) karena itu beliau dinamakan Yuhana atau Yohanes - Yahya - Al Ma'madan atau Yohanes Si Pembaptis.

Saat mendapat berita bahagia akan mendapat seorang putra, Zakaria merasa ragu karena ia sudah berusia lanjut dan istrinya tidak subur karena itu ia meminta tanda dari Allah. Allah memberinya tanda padanya dengan tidak bisa berkata-kata selama tiga hari. Ia pun memperbanyak zikir dan meningkatkan ibadahnya pada siang dan sore hari.
Saat Yahya kecil Allah berfirman, "Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." Dan Allah memberikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak. Saat anak anak lain mengajaknya bermain ia berkata, "kami tidak diciptakan untuk bermain."
Allah memberinya " rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami ". Berarti Yahya mengasihi dan berbuat baik pada sesama terutama pada ayahnya yang sudah tua.

"Dan kesucian (dari dosa)". Kesucian dalam hati dan tindakan serta kesucian dalam sifat dan perbuatan. Dan Yahya adalah seorang yang bertakwa. Bahkan Allah memberinya tiga kali salam, "Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali." (QS 19:15).

Menurut Qatadah dari Hasan : "Yahya pernah bertemu Isa (Yesus). Isa berkata padanya, "mintakan aku ampunan dari Allah, karena engkau lebih baik dariku." Yahya atau yang dikenal sebagai Johanes Pembaptis menjawab, "engkau yang memintakan maaf untukku karena dirimu lebih baik dariku."
Rasulullah SAW bersabda ,"Hasan dan Husain adalah pemimpin kaum muda di Surga, kecuali Yahya dan Isa."

Allah memerintahkan Yayhya untuk melakukan lima kewajiban dan juga harus disampaikan pada umat. Ia meminta Nabi Isa as untuk melakukan itu karena ia berhalangan. Isa menolak karena takut mendapat hukuman dari Allah. Maka Yahya mengumpulkan bani Israil di Jerusalem hingga memenuhi masjid. Ia berkata bahwa Allah menerintahkan dirinya dan jamaah lima kewajiban. Pertama, hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan yang lain. Kedua, melaksanakan shalat secara khusyu. Ketiga, melaksanakan puasa. Keempat, melaksanakan sedekah. Dan kelima, mengingat Allah sesering mungkin.

Dikisahkan bahwa Nabi Yahya as senang mengucilkan diri dari keriuhan. Ia merasa nyaman berada di alam lepas dan gurun, memakan dedaunan dan belalang dan minum dari mata air. Rasulullah saw bersabda "siapa yang lebih bahagia darimu wahai Yahya." Beliau juga berkata "Yahya bin Zakariya memakan makanan alami. Dia makan lebih menyerupai binatang daripada manusia, karena ia tidak suka bergaul dengan manusia."
Suatu saat Zakariya ayahnya tidak melihat anaknya selama tiga hari maka ia pergi ke gurun mencarinya. Beliau menemukannya dalam lubang yang digalinya sendiri, berdiam di dalamnya dan menangis. Zakariya berkata, "wahai anakku ! Ayah mencarimu tiga hari ini dan kamu ada di dalam lubang kubur sambil menangis." Yahya menjawab, "Wahai ayahanda ! Bukankah ayah sendiri yang berkata bahwa antara Surga dan Neraka hanya ada satu penyebrangan yang tidak bisa disebrangi kecuali oleh air mata orang yang menangis ?" Zakariya berkata, "menangislah anakku," dan mereka berdua pun menangis.

Nabi Zakaria wafat secara wajar meskipun ada yang mengatakan beliau wafat karena dibunuh bersama putranya Nabi Yahya as di Baitulmakdis. Makam beliau terdapat di Jami' al Khabir (Masjid Agung) Halab, Suriah.

Pembunuhan Yahya
Raja di Damaskus ingin mengawini anak tirinya yang terlarang menurut syariat Taurat. Yahya melarang raja mengawininya. Perempuan itu yang merasa keinginannya dihalangi, memendam dendam pada Yahya. Suatu ketika raja memintanya memenuhi hasratnya, ia meminta kepala Yahya pada raja. Raja menyuruh tentaranya untuk membunuh Yahya dan membawa kepalanya dalam bejana. Dikisahkan bahwa wanita itu mati saat kepala Yahya dibawa ke hadapannya.

Ada juga cerita lain bahwa ada 70.000 nabi dibunuh di dinding dalam masjid di Jerusalem, salah satunya adalah Nabi Yahya as.

Ada cerita lain. Nebuchadnezzar datang ke Damaskus dan ia menemukan darah Yahya bin Zakariya masih mendidih. Ia menyelidiki darah tersebut dan orang orang menceritakan kisahnya. Kemudian ia membunuh untuk darah Yahya sebanyak 70.000 orang dan kemudian darah itupun tidak lagi meletup-letup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...