Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI.
Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen.
Bantuan Untuk
Republik
Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan sebanyak 15 ton. Kedua, setelah pertemuan kebangsaan di Jakarta tanggal 15 Juli 1949 yang diselenggarakan oleh Gapki (Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia), utusan NIT yakni Jahja dan Ny. Warouw menyerahkan bantuan kepada Republik berupa tekstil, susu, sepatu dan lain-lain senilai f 83.000. Bantuan diterima Wakil Presiden Mohammad Hatta (Supeni, 2001 : 301).
Menurut Ricklefs, negara-negara federal mempunyai banyak kepentingan dengan Republik dan mereka menaruh hormat kepada Republik atas perlawanan Republik dan kekecewaan mereka akan kelalaian Belanda untuk menyerahkan kekuasaan kepada mereka (2005 : 465).
Komentar
Posting Komentar