Langsung ke konten utama

Pengakuan Kemerdekaan Dari Mesir Sampai Vatikan

 

Setelah dukungan dari Mesir, Inggris dan Amerika Serikat, dukungan datang dari negara negara Arab.

a.       Suriah

Suriah merupakan salah satu negara Liga Arab yang ikut memperjuangkan persoalan Indonesia untuk dibahas dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1947. Akhirnya, Agresi Militer Belanda di Indonesia pun berhasil dihentikan secara damai. Pada 2 Juli 1947, Agus Salim, perwakilan diplomat Indonesia mengadakan perjanjian persahabatan dengan Suriah di Damaskus. Melalui penandatangan perjanjian tersebut, Indonesia secara resmi telah diakui sebagai negara yang berdaulat oleh pemerintah Suriah.

b.      Lebanon

Tanggal 21 Juli 1947, Indonesia melalukan misi diplomatik ke Lebanon. Dalam kunjungan tersebut, Agus Salim berunding bersama Perdana Menteri Lebanon Riadh al Solh. Setelah berunding, didapatkan hasil bahwa pemerintah Lebanon secara resmi memberi pengakuan kemerdekaan kepada Indonesia pada 29 Juli 1947.

c.       Arab Saudi

Pengakuan Kedaulatan Arab Saudi Setelah Lebanon, misi selanjutnya adalah berkunjung ke Arab Saudi. Dalam kunjungan ke Arab Saudi, Indonesia diwakili oleh Mohammad Rasjidi sebagai ketua diplomat yang berunding dengan Raja Abdul Aziz al Saud. Perundingan keduanya pun menghasilkan pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia pada 21 November 1947.

d.      Yaman

Yaman Yaman mengakui kemerdekaan RI pada 20 November 1947 yang disampaikan oleh perwakilan Yaman di Liga Arab. Yaman sendiri menjadi negara Arab terakhir yang mengakui kedaulatan Indonesia pada masa Revolusi Indonesia.

e.      Palestina

Palestina Palestina secara de facto mengakui kemerdekaan RI setahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu tanggal 6 September 1944. Pengakuan ini kemudian disebarluaskan ke seluruh dunia Islam oleh mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini. Artinya dukungan ini diberikan bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan negara RI.

Tidak saja dari negara-negara Arab, dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia  juga diberikan oleh Australia, India dan Vatikan.

a.       Australia

Australia  meruapakan negara asing yang paling dekat dengan Indonesia, berbatasan laut. Dari kondisi ini, membuat Australia turut terlibat menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui Black Armada yang terjadi pada 24 September 1945.

b.      India

India Tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras ke India. Indonesia mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu mengalami krisis pangan akibat jajahan Inggris. Karena bantuan diplomasi beras tersebut, India pun membalas kebaikan Indonesia dengan mengakui kemerdekaan Indonesia.

c.       Vatikan

Vatikan, pada 6 Juli 1947. Pengakuan Vatikan atas kemerdekaan Indonesia ditandai dengan dibentuknya Apostolic Delegate atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta. Latar belakang dukungan Vatikan terhadap kemerdekaan Indonesia adalah karena persamaan prinsip antara keduanya, yaitu: Mendukung terciptanya perdamaian dunia Menolak pandangan ateisme di dunia Mendukung terciptanya kerukunan antar umat beragama di dunia Menciptakan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia Memelihara kesejahteraan seluruh umat manusia Belanda Indonesia (Adryamarthanino dan Nailufar, Kompas.com, 13 September 2001)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerjasama Serikat Buruh SI-PKI

Antara tahun 1918 dan 1921 serikat-serikat  buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggota-anggota nya. Ini terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya buruh trampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama dari SI (Sarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Hindia). Kesuksesan serikat-serikat  buruh itu mendorong orang untuk bergabung dengan mereka. Dengan masuknya anggota-anggota  baru, serikat-serikat  tersebut memainkan peranan penting dalam mempolitisasi para pekerja dan dalam memberi kontribusi terhadap pengembangan dan organisasi anti-penjajahan . Dalam Kongres Nasional SI tahun 1919 terlihat bahwa masalah perjuangan kelas telah menjadi pembicaraan utama. Pada bulan Desember 1919 muncul upaya untuk menciptakan suatu federasi dari serikat buruh PKI dan SI yang diberi nama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). PPKB terdiri atas 22 serikat dan 72.000

NU

Para ulama Syafi'i di Jawa yang khawatir dengan pengaruh kaum Wahabi yang berkuasa di Mekah membentuk Komite Hijaz. Pada 31 Januari 1926 di Surabaya mereka mendirikan Nahdatul Ulama yang berarti Kebangkitan Ulama. Pendirinya adalah Hadratu 'l-Syekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan organisasi ini adalah berlakunya ajaran Islam berhaluan Ahlu 'l-Sunnah wa 'l- Jamaah dan penganut salah satu mazhab yang empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Pada kenyataannya yang dianut adalah mazhab Syafi'i. Dalam kehidupan politik NU ikut aktif semenjak zaman pergerakan kemerdekaan di masa penjajahan. NU aktif sebagai anggota Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI) kemudian Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk di zaman Jepang maupun setelah Indonesia Merdeka sebagai satu-satunya partai politik umat Islam Indonesia. Karena berbagai perbedaan pada tahun 1952 NU menyusul PSII dan Perti membentuk Liga Mu

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dalam s