Setelah keliling dunia Pan-Islamisme dari Kabul sampai Istanbul, kini saya ingin mengajak para sahabat pemerhati sejarah untuk kembali ke tanah air.
Sebelumnya sudah saya sampaikan adanya gesekan antara SI dan PKI. Buntut dari pertikaian SI dan PKI pada akhir tahun 1920 akibat tesis Lenin yang mengecam Pan-Islamisme dan Pan Asianisme, akhirnya pada Kongresnya yang ke-6 di bulan Oktober 1921, Sarekat Islam membuat keputusan mengenai Disiplin Partai. Keputusan ini dibuat oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis, karena Tjokroaminoto sedang dalam tahanan sehubungan dengan Peristiwa Garut.
Dengan adanya disiplin partai maka seorang anggota SI tidak mungkin lagi menjadi anggota partai lain. Anggota-anggota
Kini SI terpecah-pecah dalam cabang-cabang SI Merah dan SI Putih. Semaun meninggalkan Indonesia menuju Uni Sovyet. Darsono diusir ke luar negri dan pergi ke Shanghai. Di sana ia bertemu Sneevliet (alias Mehring) yang kini menjadi konsultan PKC (Partai Komunis China) setelah diusir dari Hindia Belanda. Dalam kevakuman kepemimpinan PKI (Partai Komunis Hindia), seorang Minangkabau bernama Tan Malaka mengambil alih kepemimpinan PKI dan melakukan beberapa usaha untuk memulihkan kerja sama PKI-SI namun sia-sia.
Pada tahun 1922 meletus pemogokan besar-besaran pertama di dalam serikat buruh pegadaian yang dipimpin oleh Abdul Muis dari CSI. PKI merasa wajib menyatakan dukungannya. Pemogokan tersebut dapat dipatahkan pemerintah hanya dengan memecat pegawai yang mogok. Buntutnya, Abdul Muis dan Tan Malaka kemudian diasingkan.
Pada bulan Mei 1922 Semaun kembali dari luar negeri dan berusaha kembali mendirikan kembali serikat-serikat
Komentar
Posting Komentar