Langsung ke konten utama

Tjokroaminoto Ditangkap

Seperti diketahui pada tahun 1919 berlangsung kekacauan di pedesaan Solo yang dipimpin oleh Haji Misbach yang dalam khutbah-khutbahnya mendoktrinkan bahwa Islam dan komunisme adalah hal yang sama. Pada tahun 1919 seorang kontrolir Belanda terbunuh di Toli-toli (Sulawesi Utara) setelah Abdul Muis dari CSI berpidato di sana. SI segera menjadi sasaran pemerintah kolonial. CSI (Central Sarekat Islam) dianggap bertanggungjawab dan Abdul Muis ditangkap.
Pada bulan Juni 1919, setelah terjadinya peristiwa penembakan di Garut (Jawa Barat), terbongkarlah rahasia adanya Seksi B Sosrokardono dari CSI. Sosrokardono dan beberapa anggota ISDV ditangkap. Pada tahun 1921 Tjokroaminoto ditangkap karena dituduh memberi sumpah palsu dalam pemeriksaan pengadilan terhadap Seksi B. Saat itu Sukarno yang telah berumah tangga dengan Oetari putri Pak Tjokro harus cuti dari kuliahnya di THS Bandung untuk menghidupi keluarga Pak Tjokro dengan bekerja di Jawatan Kereta Api. Saat itu Bu Tjokro telah tiada. (Dalam film yang dibuat Garin Nugroho, kisah ini nampaknya luput dari bidikan kamera. Garin malah membuat cerita carangan pedagang dingklik yang mengagumi Tjokro dan kemudian menjadi politisi. Mungkin maksudnya menyindir Jokowi. Nggak nyangka Garin bisa membuat film seburuk itu).
Anggota SI yang moderat kini mulai mencemaskan nasib organisasi tersebut dan basis massanya mulai rontok karena rakyat pedesaan merasa takut bahwa kartu anggota SI hanya akan membawa kesulitan. Para pegawai priyayi Jawa menjadi lebih sengaja lagi menentang gerakan-gerakan rakyat dan pihak Belanda memperluas organisasi-organisasi intelejen dan polisi mereka (Ricklefs).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerjasama Serikat Buruh SI-PKI

Antara tahun 1918 dan 1921 serikat-serikat  buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggota-anggota nya. Ini terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya buruh trampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama dari SI (Sarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Hindia). Kesuksesan serikat-serikat  buruh itu mendorong orang untuk bergabung dengan mereka. Dengan masuknya anggota-anggota  baru, serikat-serikat  tersebut memainkan peranan penting dalam mempolitisasi para pekerja dan dalam memberi kontribusi terhadap pengembangan dan organisasi anti-penjajahan . Dalam Kongres Nasional SI tahun 1919 terlihat bahwa masalah perjuangan kelas telah menjadi pembicaraan utama. Pada bulan Desember 1919 muncul upaya untuk menciptakan suatu federasi dari serikat buruh PKI dan SI yang diberi nama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). PPKB terdiri atas 22 serikat dan 72.000

NU

Para ulama Syafi'i di Jawa yang khawatir dengan pengaruh kaum Wahabi yang berkuasa di Mekah membentuk Komite Hijaz. Pada 31 Januari 1926 di Surabaya mereka mendirikan Nahdatul Ulama yang berarti Kebangkitan Ulama. Pendirinya adalah Hadratu 'l-Syekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan organisasi ini adalah berlakunya ajaran Islam berhaluan Ahlu 'l-Sunnah wa 'l- Jamaah dan penganut salah satu mazhab yang empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Pada kenyataannya yang dianut adalah mazhab Syafi'i. Dalam kehidupan politik NU ikut aktif semenjak zaman pergerakan kemerdekaan di masa penjajahan. NU aktif sebagai anggota Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI) kemudian Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk di zaman Jepang maupun setelah Indonesia Merdeka sebagai satu-satunya partai politik umat Islam Indonesia. Karena berbagai perbedaan pada tahun 1952 NU menyusul PSII dan Perti membentuk Liga Mu

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dalam s