Langsung ke konten utama

Nabi Syu'aib dan Kaum Madyan


Syuaib as diutus kepada penduduk Madyan. Madyan merupakan perkampungan yang terletak di Ma'an di pelosok negri Syam (Syria) yang berbatasan dengan Hijaz dan dekat dengan Danau Luth atau Laut Mati. Orang Madyan masih termasuk bangsa Arab. Mereka keturunan Madyan bin Madaan bin Ibrahim as.

Para sahabat menyebut Nabi Syu'aib as sebagai "pengkhutbah yang fasih di antara para Nabi." Itu karena beliau diberi karunia bakat dan kefasihan dalam berbahasa.

Penduduk Madyan adalah orang orang yang tidak beriman yang menyembah Al Aykah, sejenis pohon di hutan. Mereka suka membegal para kafilah dan berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Jika membeli barang ingin dilebihkan sedang jika menjual suka mengurangi timbangan maupun takaran.

Nabi Syuaib as menyeru mereka untuk menyembah Tuhan YME dan tidak menyekutukannya dengan apa pun. Beliau juga melarang mereka berbuat curang dalam perniagaan dengan menguragi takaran dan timbangan. Mereka juga dilarang merampok barang barang milik orang lain yang sedang dalam perjalanan. Beliau meminta kaum Madyan berbuat jujur dalam berbisnis dan tidak mengancam orang untuk mengambil barangnya, apalagi merampok barang dagangan dan membunuh mereka. Nabi berkata demikian karena orang Madyan memiliki kebiasaan memungut hingga 10% dari barang dagangan maupum kekayaan orang yang melewati jalan raya. Syu'aib as meminta mereka menghentikan praktik buruk itu baik secara harfiah maupun spiritual. Beliau pun mengingatkan mereka akan karunia yang diberikan Allah sehingga mereka menjadi kaum yang besar. Jika mereka tidak mau berhenti dari perilaku buruk itu maka Allah akan memberi hukuman.

Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (QS 11: 85-86).

"Keuntungan dari Allah adalah lebih baik bagimu (baqiyatullahi khairallakum)" berarti bahwa keuntungan yang diberikan Allah adalah lebih baik daripada barang perniagaan yang mereka ambil dengan paksa. Keuntungan yang sah lebih baik daripada apa yang diambil dengan jalan menipu orang. Begitu pandangan para ulama.

Tentu saja Nabi Syu'aib as tidak hanya pandai berkhutbah, tapi beliau pun menjalankan apa yang dikhutbahkan. "Aku tidak memerintahmu melainkan aku sendiri yang pertama kali melaksanakannya. Aku tidak melarangmu dari sesuatu melainkan aku terlebih dahulu menghindarinya." Ini menunjukkan kualitas dan karakter yang hebat dari seseorang.
Sebagai hasil dari khutbah khutbahnya yang elok beberapa orang mengikuti seruannya tapi kebanyakan menolaknya.

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami" (QS 11:91).

Pemimpin mereka berkata di depan kaumnya "kami akan mengusirmu, Syuaib, dengan orang yang mengimanimu, keluar dari kota kita, kecuali kau kembali pada agama kami." Nabi Syu'aib as berkata bahwa hal itu tidak mungkin karena iman ada di dalam hati tidak bisa dicabut karena ketakutan kemarahan ataupun keserakahan. Syu'aib as pun berdoa "Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil. Engkaulah pemberi keputusan terbaik."

Karena ajakan Syu'aib tidak dindahkan bahkan mereka mengusir Syu'aib dan para pengikutnya maka Allah membinasakan penduduk Madyan dengan gempa bumi. Bumi terguncang demikian dahsyatnya dan dengan cepat nyawa mereka terlepas dari tubuh mereka dan merekapun merasakan kematian.

Allah menghukum mereka dengan berbagai macam hukuman dan penderitaan. Pertama mereka dihantam dengan gempa bumi yang kuat yang membuat mereka sekarat, kemudian dengan letusan yang menggelegar dan selanjutnya dengan bayangan gelap yang membawa semburan debu dan lava.

Allah menyelamatkan Nabi Syu'aib as dan mereka yang percaya dengan kasih sayang Nya.
"Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya" (QS 11:94).

Nabi Syu'aib as hidup sampai usia tua dan putrinya menjadi istri Nabi Musa as.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...