Langsung ke konten utama

Nabi Ibrahim as Sang Pengembara


Nabi Ibrahim as dikenal sebagai Abu al-Anbiya (Bapak para nabi)dan Khalil ar Rahman (Kekasih Yang Maha Pengasih). Dalam Al Quran namanya disebut sebanyak 68 kali dalam 25 surah. Namanya Ibrahim bin Tarukh (250) bin Nahor (148) bin Serug (230) bin Reu (239) bin Peleg (439) bin Eber (464)bin Saleh (433)bin Arphaxad (438) bin Saam (600) bin Nuh. Nama panggilannya Abu Difan, dilahirkan di Ur, ada pula yang mengatakan di Chaldea (Babylon), Irak Utara.

Ibrahim dilahirkan di masa raja tiran Namrud bin Kanaan dari kaum Rasib (kaum di mana Nabi Nuh as dikirim sebagai Rasul). Namrud penguasa dunia. Saat itu muncul bintang sangat terang di langit yang mengatasi cahaya matahari dan bulan. Banyak orang mati. Namrud menjadi ketakutan. Astrolog berkata "Akan ada bayi laki laki yang akan meruntuhkan kekuasaanmu." Namrud melarang semua laki laki mendekati istrinya dan ia pun membunuh semua bayi yang akan dilahirkan. Tapi Allah menyelamatkan Ibrahim.

Selagi kecil Ibrahim sudah mengajak ayahnya kepada kebenaran dengan cara yang santun dan lembut. Ia menjelaskan betapa salahnya menyembah berhala. "Wahai ayahku. Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak menolongmu sedikitpun?". Selanjutnya Ibrahim mengajak ayahnya mengikutinya di jalan yang lurus. Ayahnya menolak ajakan itu. (Ayah yang dimaksud di sini bukan Tarukh tetapi Azar, pamannya).

Sebelum "berjumpa" dengan Allah SWT, Ibrahim layaknya seorang pengamat yang ulung melihat bahwa alam raya dan seisinya ini tidak layak dijadikan Tuhan melainkan makhluk yang harus dipelihara dan diserasikan. Mereka muncul dan menghilang. Sementara Allah tidak pernah bisa dihilangkan. Dia kekal dan abadi.

Inilah perjalanan perjumpaan dengan Allah. Saat malam tiba Ibrahim melihat bintang dan berpikir inilah Tuhan, tapi ternyata bintang menghilang. Kemudian ia melihat bulan bersinar. Inilah Tuhan. Tapi bulan pun menghilang. Ketika ia melihat
matahari terbit ia menyangka inilah Tuhan tapi ternyata matahari tenggelam. Sampai akhirnya ia menghadapkan wajahnya kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan.

Ibrahim pun secara ironik mengkritik kaumnya yang menyembah berhala kemudian merusak patung patung mereka dengan kapak. Maka mereka membawa Ibrahim ke depan khalayak ramai. Kemudian saat ditanya siapa yang merusak patung patung itu ia pun berkata bahwa patung terbesarlah yang menghancurkan patung patung itu.

Mereka berkata, " buatlah perapian untuknya, lalu lemparkan dia ke dalam api yang menyala-nyala itu."
Dengan sebuah katapel Ibrahim dilontarkan ke dalam bangunan api unggun yang menyala-nyala.
Allah berfirman, "wahai api ! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim."

Ibrahim berada di dalam api selama empat malam lima hari. Ibrahim merasakan kehidupan yang baik yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan ibunya sempat menjumpainya dalam kobaran api, menciumnya dan kembali.

Pada masa itu Babilonia dipimpin oleh raja lalim bernama Namrud yang mendebat ajaran Ibrahim setelah Ibrahim lolos dari api. Malaikat datang padanya tiga kali untuk mengajaknya beriman kepada Allah tapi ia menolak dan menantang untuk berperang. Pada pagi hari ia mengerahkan tentaranya dan Allah mengirimkan jutaan nyamuk hingga menutupi sinar matahari. Seekor nyamuk masuk ke hidung Namrud hingga dia merasakan kesakitan. Untuk mengatasi rasa sakitnya sang raja lalim itu memukul kepalanya dengan palu hingga tewas.

Setelah selamat dari upaya pembakaran terhadap dirinya, ayahnya, Tarukh, membawa Ibrahim bersama istrinya Sarah dan kemenakannya Luth bersama istrinya meninggalkan Babylonia menuju Kanaan. 

"Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam."
Saat berhenti di Harran, Tarukh wafat dalam usia 250 tahun. Mereka tinggal di sana sementara waktu sebelum kemudian menuju Kanaan tanah Baitul Maqdis. Karena Palestina tertimpa kekeringan dan kelaparan, akhirnya mereka pindah ke Mesir pada masa kekuasaan raja-raja pengembara. Dari sana mereka kembali ke Palestina. Kemudian keduanya berpisah. Nabi Ibrahim as tinggal di Bir Siba, Syria, sementara Luth as tinggal di Sodom, bagian Laut Mati ( Buhairah Lut).

Penduduk Syria pada saat itu menyembah tujuh bintang. Mereka menghadap ke kutub utara saat beribadat. Itu sebabnya di pintu gerbang Damaskus ada tujuh pilar dengan tujuh altar untuk menyampaikan kurban. Ibrahim datang untuk meluruskan mereka.

Pada saat itu, karena merasa tak bisa memberi anak Sarah menyerahkan pembantunya Hajar orang Koptik kepada Ibrahim. Tak lama kemudian Hajar hamil dan melahirkan Ismail yang akan menjadi kebanggaan bangsa Arab karena akan menurunkan Nabi Muhammad SAW. Lalu Ibrahim as pergi ke semenanjung Arabia (Mekah) bersama istri keduanya Hajar dan putranya Ismail yang masih bayi ke sebuah lembah yang gersang dan meninggalkan mereka di sana. Hajar berlari lari antara Safa dan Marwa mencari air. Malaikat datang mengibaskan sayapnya di pasir kemudian muncul mata air Zam zam.

Tiga belas tahun kemudian Ibrahim memperoleh seorang putra dari Sarah dan diberi nama Ishaq (Isaac), meski keduanya sudah tua. Ishaq kemudian melahirkan Yakub bapak nabi-nabi Israil.

Saat kembali ke Mekah Ibrahim membangun Ka'bah bersama Ismail sebagai masjid yang pertama di dunia. Di masjid ini 70.000 malaikat berdoa setiap hari hingga hari kiamat.

Peristiwa dramatis saat Ibrahim harus mengurbankan putranya Ismail diabadikan dalam ritual ibadah haji.

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)... "(QS 16: 120).

Sarah wafat di Hebron dan Ibrahim duka mendalam. Kemudian beliau menikah dengan Qanturah dan memiliki beberapa anak : Zamran, Yaqshan, Madan, Madyan, Washyaq dan Shuah. Beliau juga menikah dengan Hajun dan memiliki lima anak : Kaisan, Suraj, Umaim, Lotan dan Nafis.

Nabi Ibrahim as kemudian sakit dan wafat pada usia 175 tahun. Beliau dimakamkan oleh Ismail dan Ishaq di dekat makam istrinya Sarah di Al Khalil (Hebron), Palestina.

Ibrahim disunat pada usia 80 tahun. Itu dilakukannya sendiri dengan menggunakan kapak.

Makam Nabi Ibrahim as bersama putranya Ishaq dan cucunya Yakub dibangun oleh Sulaiman di Hebron meski tidak diketahui pasti makam masing masing dari mereka. Meski demikian tempat ini dihormati semua orang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Slogan "Lebaran di Bandung"

  Setelah perintah mundur dari Panglima Divisi III Kolonel   A.H. Nasution dikeluarkan, seluruh kekuatan TRI dan pejuang keluar dari kota Bandung. Lokasi markas dipilih seadanya karena waktu yang singkat (Sitaresmi dkk., 2002 : 137).   Setiap pasukan membangun pertahanan di selatan Bandung. Markas Divisi bertempat di jalan lintang antara Kulalet-Cangkring, Baleendah. Resimen Pelopor pimpinan Soetoko di sebelah barat dan Resimen 8 pimpinan Letkol Omon Abdurrahman serta MDPP di sebelah timur (Nasution, 1990 : 232). Sementara itu, seluruh Batalyon yang berada di bawah kendali Resimen 8 menempati tempat masing-masing. Batalyon 1 ke Dayeuhkolot, Batalyon 2 ke Cilampeni, Batalyon 3 ke Ciwidey (Suparyadi, 4 Maret 1997). Badan badan perjuangan membuat markas di Ciparay (Djadjat Suraatmadja, 8 September 1977). Setelah ditinggalkan penduduk pada tanggal 24 Maret 1946, keesokan harinya, pagi pagi sekali , tentara Inggris yang tergabung dalam Divisi ke-23, mulai bergerak memasuki kota Band

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) di Banyumas.

Sarekat Rakyat

Pada kongres tanggal 20-21 April 1924 di Bandung, secara resmi SI Merah berganti nama menjadi Sarekat Rakyat. Dalam kongres ini juga ditetapkan bahwa barang siapa dianggap cakap menguasai komunisme ia dimasukkan mula-mula ke dalam Sarekat Rakyat dan setelah didiklat dalam organisasi itu barulah ia boleh masuk PKI. Demikianlah pendidikan ideologi komunis mulai dilaksanakan secara intensif. Setelah kongres bulan Juni 1924, PKI membangun Sarekat Rakyat sehingga organisasi massa ini berkembang dengan pesat. Sayangya PKI tidak dapat melakukan kontrol dan menanamkan disiplin serta ideologi partai kepada massanya. Pada akhir tahun 1924 beberapa cabang Sarekat Rakyat mengambil inisiatif sendiri menyelenggaraka n aksi-aksi teror di luar instruksi PKI. Sebagai akibatnya, timbullah gerakan-gerakan  anti komunis di kalangan masyarakat Islam yang fanatik dan hal ini mengakibatkan diambilnya tindakan keras oleh pemerintah kolonial. Akhirnya pada Kongres PKI tanggal 11-17 Desember 1924 di Kota Ged