Langsung ke konten utama

Ziarah Kubur

"Dulu saya telah melarang kalian menziarahi kubur, sekarang Muhammad telah mendapat izin untuk menziarahi kubur ibunya, maka berziarahlah kamu, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akan akhirat."
ZIARAH KUBUR
Sudah menjadi tradisi di Indonesia, di awal atau akhir bulan Ramadan kaum muslimin melakukan ziarah kubur. Ziarah kubur dilakukan dengan mengunjungi kuburan seseorang baik terhadap keluarga maupun bukan.
Rasulullah SAW pernah melarang umatnya berziarah ke kubur, karena pada saat itu umatnya baru memeluk agama Islam sehingga akidah atau kondisi keimanannya masih lemah. Mereka dikhawatirkan akan melakukan perbuatan syirik, sebagaimana dilakukan orang-orang pada zaman jahiliyah. Setelah keimanan mereka kuat dan teguh, barulah Rasulullah SAW memerintahkan mereka menziarahi kubur dengan maksud agar mereka senantiasa ingat akan kematian serta ingat akan adanya hari kiamat.
Sabda Rasulullah SAW,
"Dulu saya telah melarang kalian menziarahi kubur, sekarang Muhammad telah mendapat izin untuk menziarahi kubur ibunya, maka berziarahlah kamu, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akan akhirat."
(HR. Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).
A. Hukum Ziarah Kubur.
Ziarah kubur disunahkan bagi laki-laki, sementara bagi wanita hukumnya makruh, karena tabiat wanita yang lemah hati dan lekas sedih dikhawatirkan akan mencucurkan air mata, berkeluh kesah, dan berduka cita, sehingga lupa akan takdir dan kekuasaan Allah SWT. Nabi SAW bahkan mengutuk wanita-wanita yang melakukan ziarah kubur (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan at-Tarmizi).
Ulama seperti al-Qurtubi berpendapat, jika wanita dapat menahan ratapan dari segala yang kurang baik, maka tidak ada halangan baginya berziarah kubur, karena mengingat mati itu sangat penting dan bermanfaat, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Mahmud Syaltut berpendapat, jika ziarah kubur itu memenuhi adab dan tata cara Islam, maka sunah untuk dilakukan, baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan.
B. Adab Ziarah Kubur.
1. Memberi salam ketika memasuki daerah kuburan, ditujukan kepada arwah mukminin dan mukminat yang berada dalam kubur;
2. Mendoakan penghuni kubur yang diziarahi;
3. Bersikap sopan, jangan duduk di atas kuburan.
(Rujukan : Hasanuddin, Fikih Ibadah dalam ETDI Vol. 3 Ajaran, 2003).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Slogan "Lebaran di Bandung"

  Setelah perintah mundur dari Panglima Divisi III Kolonel   A.H. Nasution dikeluarkan, seluruh kekuatan TRI dan pejuang keluar dari kota Bandung. Lokasi markas dipilih seadanya karena waktu yang singkat (Sitaresmi dkk., 2002 : 137).   Setiap pasukan membangun pertahanan di selatan Bandung. Markas Divisi bertempat di jalan lintang antara Kulalet-Cangkring, Baleendah. Resimen Pelopor pimpinan Soetoko di sebelah barat dan Resimen 8 pimpinan Letkol Omon Abdurrahman serta MDPP di sebelah timur (Nasution, 1990 : 232). Sementara itu, seluruh Batalyon yang berada di bawah kendali Resimen 8 menempati tempat masing-masing. Batalyon 1 ke Dayeuhkolot, Batalyon 2 ke Cilampeni, Batalyon 3 ke Ciwidey (Suparyadi, 4 Maret 1997). Badan badan perjuangan membuat markas di Ciparay (Djadjat Suraatmadja, 8 September 1977). Setelah ditinggalkan penduduk pada tanggal 24 Maret 1946, keesokan harinya, pagi pagi sekali , tentara Inggris yang tergabung dalam Divisi ke-23, mulai bergerak memasuki kota Band

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) di Banyumas.

Sarekat Rakyat

Pada kongres tanggal 20-21 April 1924 di Bandung, secara resmi SI Merah berganti nama menjadi Sarekat Rakyat. Dalam kongres ini juga ditetapkan bahwa barang siapa dianggap cakap menguasai komunisme ia dimasukkan mula-mula ke dalam Sarekat Rakyat dan setelah didiklat dalam organisasi itu barulah ia boleh masuk PKI. Demikianlah pendidikan ideologi komunis mulai dilaksanakan secara intensif. Setelah kongres bulan Juni 1924, PKI membangun Sarekat Rakyat sehingga organisasi massa ini berkembang dengan pesat. Sayangya PKI tidak dapat melakukan kontrol dan menanamkan disiplin serta ideologi partai kepada massanya. Pada akhir tahun 1924 beberapa cabang Sarekat Rakyat mengambil inisiatif sendiri menyelenggaraka n aksi-aksi teror di luar instruksi PKI. Sebagai akibatnya, timbullah gerakan-gerakan  anti komunis di kalangan masyarakat Islam yang fanatik dan hal ini mengakibatkan diambilnya tindakan keras oleh pemerintah kolonial. Akhirnya pada Kongres PKI tanggal 11-17 Desember 1924 di Kota Ged