Langsung ke konten utama

Perang Badar

"Allah helped you
At Badr, when ye were
A contemtible little force;
Then fear Allah; thus
May ye show your gratitude."
PERANG BADAR AL-KUBRA
Perang Badar merupakan perang terpenting sepanjang sejarah Islam. Saat itu umat Islam sanggup mengalahkan kaum musyrik dan sekutunya seperti kaum Yahudi. Kemenangan ini sangat mendukung perkembangan Islam pada masa berikutnya. Perang itu terjadi pada bulan Ramadan. Dalam perang besar itu, Allah SWT memerintahkan sejumlah malaikat untuk membantu umat Islam.
"Dan sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman, 'Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan ( dari langit) ?' 'Ya' (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikannya (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)-mu, dan agar hatimu tenang karenanya. Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana" (QS. Āli 'Imrān [3]: 123-126).
ولقد نصركم الله ببدروانتم اذلةفاتقواالله لعلكم تشكرون
Yang dimaksud dengan "dalam keadaan lemah" pada ayat di atas adalah lemah dalam hal materi dan perlengkapan.
Para penulis sejarah berselisih pendapat dalam memastikan hari terjadinya peperangan itu. Tetapi besar kemungkinan itu terjadi pada paruh pertama bulan Ramadan. Syauqi dalam Atlas al-Qur'an memastikan perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624 M).
Perang Badar al-Kubra menjadi awal dimulainya embargo ekonomi terhadap kaum Qurais. Kaum Qurais yang memulai perang ekonomi terhadap kaum muslim dan menyita harta-harta kaum muhajirin. Karena itu Rasulullah SAW melakukan embargo terhadap mereka dan ini tidak dilakukan pada kafilah yang lain yang melintasi kota Madinah.
Salah satu dampak kemenangan perang Badar al-Kubra adalah menguatnya posisi kaum muslim ditandai dengan kemenangan pasukan muslim di medan peperangan Semenanjung Arabia. Sejak itu kekuatan kaum Qurais sirna dan padam. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh kaum Yahudi untuk menampakkan kedengkian secara terang-terangan. Mereka menyatakan permusuhan dan membatalkan perjanjian-perjanjian yang telah ditanda tanganinya.
(Rujukan : 'Alī, The Meaning of the Holy Qur'ān, 1999: 159;
Khalil, Atlas al-Qur'an, 2005:47-52; Al-Mahami, Al-Mausû'ah Al-Qur"aniyyah, 2005:186-187).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...