Langsung ke konten utama

Dinasti Mogul

Mogul berkuasa di India dari abad ke-16 hingga abad ke-19. Dinasti ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol. Kerajaan Mogul berperan besar bagi pengembangan agama Islam di India, mulai dari bidang sastra hingga arsitektur.
Timur Lenk seorang Turki-Mongol, adalah seorang muslim fanatik dan pemberani. Ia melakukan penyerangan ke India tahun 1398 namun tidak tertarik untuk menguasainya. Ia hanya mengangkat Khizer Khan sebagai gubernur di Multan sebagai wakilnya untuk India. Setelah Timur Lenk meninggal, anaknya Syah Rukh Mirza menjadi penggantinya. Penaklukkan India yang sesungguhnya baru dilakukan pada tahun 1503 oleh Zahiruddin Muhammad Babur salah seorang keturunan Timur Lenk.
Babur awalnya berkuasa di Farghana (Uzbekistan) pada usia 11 tahun, namun tidak dapat memertahankan kekuasaan dari paman-pamannya.Hampir dua puluh tahun ia berjuang merebut kembali tahtanya namun selalu gagal. Ia pun lantas melirik India. Pertama ia menguasai Punjab kemudian menuju Delhi dan menaklukkan Ibrahim Lody dengan 40.000 tentaranya di Panipat pada bulan April 1526. Babur pun menguasai Delhi dan Agra. Ia meninggal pada tahun 1530 dan dimakamkan di Kabul. Dinastinya dinamakan Dinasti Mogul.
Setelah Babur ada 14 sultan Mongol yang berkuasa di India hingga tahun 1858. Salah seorang penerus Babur, Akbar, mengembangkan paham agama yang disebut Dinillah. Dinillah merupakan campuran berbagai unsur kepercayaan seperti Hindu, ajaran tasawuf (wihdatul wujud atau panteisme), unsur Syiah, pemujaan matahari dan Zoroaster. Sinkretisme Akbar ini diakibatkan oleh kekecewaannya terhadap praktik penyimpangan yang dilakukan oleh para ulama.
Beberapa pemberontakan untuk melepaskan diri terjadi selama Dinasti Mogul : Saadat Khan di Oudh; Ali Wardi Khan di Bengal, Bihar dan Orissa; Asif Jah Nizamul Mulk di Deccan; suku Ruhilla di Ruhilkhand dan Suku Maratha di India Utara.
Kerajaan Mogul tidak memberi perhatian pada angkatan laut sehingga tidak mampu menghadapi penetrasi Eropa (Portugis, Belanda, Perancis dan Inggris). Penetrasi Eropa dari tahun 1498 hingga 1858 melemahkan dan akhirnya meruntuhkan Mogul.
Struktur Pemerintahan.
Kerajaan Mogul secara administratif terdiri dari :
(1) kekuasaan pusat yang dipimpin Padsyah yang dibantu oleh wazir (diwan-i aala) dan wakil. Wazir adalah mereka yang membantu raja dan dianggap mampu memahami masalah-masalah keuangan, politik, dan masalah kehidupan lainnya. Posisinya sangat penting antara lain mengangkat diwan (mentri). Adapun wakil adalah yang bertanggungjawab dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan rumah tangga kerajaan. Di bawah wakil ada para pegawai yang menangani berbagai bidang yang berbeda antara lain terdiri dari : mir-i mal (bendahara kerajaan), muhur dar (penjaga cap kerajaan), bar beggi (pengurus tamu kerajaan), qoor beggi (penjaga amunisi dan bendera kerajaan), mir-i tuzk (pengelola pesta kerajaan), mir-i manzil (penjaga rumah dan kantor raja), khawan salar (penanggung jawab dapur dan undangan makan kerajaan), qoosh beggi (penjaga dan perawat burung-burung kerajaan), akhtah beggi (penjaga kandang kuda dan gajah kerajaan), mir saman atau khan saman (tuan rumah) yaitu pejabat yang menampilkan diri sebagai tuan rumah saat pesta kerajaan.
(2) di bawahnya ada provinsi (subah) yang dipimpin subah dar (gubernur). Jumlah subah antara 15 hingga 22. Subah dar dibantu oleh diwan (orang kedua setelah gubernur), bakhsi (juru gaji tentara dan pegawai), fauj dar (kepala tentara), kotwal (kepala polisi), qadi (jaksa), sadar (pejabat agama), khazanchi (bendahara), amil (pengumpul pajak), tubkachi (pemeriksa atau muhtasib amil), dan waqaih nawees (juru tulis peristiwa atau berita). Ada juga pengadilan daerah yang terdiri dari adalat-i nazim-i subah (pengadilan jaksa tinggi untuk daerah) yang mewakili raja di daerah, adalat-i qadi subah (pengadilan jaksa daerah), adalat diwan-i subah (pengadilan pejabat tinggi daerah), dan adalat sadar-i subah (pengadilan agama daerah).
(3) kabupaten (sarkar) dan
(4) kecamatan (perganah).
Di kerajaan Mogul ada lima macam tentara yaitu tentara pengawal (risalah), tentara gajah, tentara kuda, tentara jalan kaki dan tentara dengan meriam (topkhana) dan senapan.
Ada polisi untuk menjaga keamanan dan mencatat fakir miskin dan yatim piatu. Ada badan intelejen yang dinamakan Darogah Dak Chouki. Ada lembaga pengadilan agama, pengadilan biasa dan pengadilan politik.
Kerajaan dikendalikan dari Delhi pada umumnya dengan menggunakan undang-undang Islam.
Pendidikan memperolah perhatian cukup besar. Ada khanqah (pesantren) yang dipimpin oleh ulama atau wali. Kerajaan menyediakan perpustakaan dan menerbitkan banyak buku. Selain itu kerajaan Mogul memberikan perhatian dalam pengembangan peradaban. Upaya ini nampak dalam bidang seni lukis, seni musik dan seni bangunan. Sebagai contoh Sah Jehan dijuluki sebagai Bapak Pembangunan. Ia antara lain membangun Taj Mahal yang merupakan mausoleum bagi istrinya yang bernama Mumtaz Mahal (Iqbal, Kerajaan Mogul dalam ETDI Vol. 2 Khilafah, 2003:281-301).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...