Samanhudi lahir di Surakarta tahun 1868, ia seorang pedagang batik yang menjawab tantangan merajalelanya pedagang Cina yang mendapat konsesi dari Belanda dengan mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo pada tahun 1911 yang kemudian dibawah Haji Oemar Said Tjokroaminoto menjadi partai politik bernama SI (Sarekat Islam). Setelah Indonesia merdeka Samanhudi mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia cabang Solo dan Gerakan Persatuan Pancasila untuk melawan Belanda. Semasa Agresi Belanda II ia membentuk Gerakan Kesatuan Alapalap untuk menyediakan perlengkapan dan pangan bagi tentara. Sempat berbeda pendapat dengan Tjokroaminoto dan berpolemik di media, Samanhudi di masa akhir hidupnya hidup miskin karena perusahaan batiknya mundur dan kemudian bangkrut. Ia wafat di Klaten pada tahun 1956 dalam keadaan berkekurangan. Jenazahnya dimakamkan di Banaran,Grogol, Sukoharjo. Tahun 1961 Haji Samanhudi dianugrahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.
Antara tahun 1918 dan 1921 serikat-serikat buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggota-anggota nya. Ini terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya buruh trampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama dari SI (Sarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Hindia). Kesuksesan serikat-serikat buruh itu mendorong orang untuk bergabung dengan mereka. Dengan masuknya anggota-anggota baru, serikat-serikat tersebut memainkan peranan penting dalam mempolitisasi para pekerja dan dalam memberi kontribusi terhadap pengembangan dan organisasi anti-penjajahan . Dalam Kongres Nasional SI tahun 1919 terlihat bahwa masalah perjuangan kelas telah menjadi pembicaraan utama. Pada bulan Desember 1919 muncul upaya untuk menciptakan suatu federasi dari serikat buruh PKI dan SI yang diberi nama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). PPKB terdiri atas 22 serikat dan 72.000
Komentar
Posting Komentar