Langsung ke konten utama

Shaum (Puasa)

"Ramadân is the (month)
In which was sent down
The Qur'ān, as a guide
To mankind, also clear (Signs)
For guidance and judgement
(Between right and wrong).
So every one of you
Who is present (at his home)
During that month
Should spend it in fasting,
But if any one is ill,
Or on a journey,
The prescribed period
(Should be made up)
By days later.
Allah intends every facility
For you; He does want
To put you to difficulties.
(He want you) to complete
The prescribed period,
And to glorify Him
In that He has guided you;
And perchance ye shall be grateful.
SHAUM (PUASA)
شهر رمدن الذىاءنذلفيةالقرءان هدىللناس وبينت من الهدىوالفرقان فمن شهد منكم الشهر فليصمه ...
Sapi Betina (Al-Baqarah):185 - "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
A. Etimologi Shaum.
Secara umum berpuasa adalah menahan diri dari makan dan minum dalam rentang waktu tertentu. Shaum (puasa) memiliki akar kata yang panjang.
Di jazirah Arab, terdapat sebuah pohon yang tumbuh di padang pasir. Hampir sepanjang tahun ia gundul tak berdaun. Orang Arab menamakannya pohon Shaum. Menurut sebagian ahli bahasa, nama pohon itulah yang membentuk kata shaum (puasa). Dinamakan shaum, karena orang yang berpuasa menahan diri dari menerima asupan bahan bahan penunjang hidup, persis dengan pohon gundul itu.
Kalangan ahli bahasa yang lain menampik pendapat tersebut. Menurut mereka, apabila orang Arab menyaksikan angin yang bertiup kencang dan perlahan-lahan reda, mereka mengatakan shâmat ar-rîh atau angin mereda. Oleh karena itu, orang yang tidak makan minum akan merasakan tubuhnya lemah. Tubuh yang lemah padahal sebelumnya terasa segar, sama dengan angin yang mereda setelah sebelumnya berhembus kencang. Orang Arab menamakan tempat penambatan kuda yang menjadikannya tenang dengan mashâm al-faras atau tempat di mana kuda berhenti bergerak.
B. Hikmah Berpuasa.
1. Merasakan kesengsaraan fakir miskin.
2. Membuat hati mudah trenyuh.
3. Menimbulkan keinginan untuk berderma. Rasulullah SAW bersabda, "Ramadan adalah bulan ... solidaritas." "
4. Melatih jiwa untuk sabar. Rasulullah SAW bersabda, "Sabar bagi iman ibarat kepala bagi tubuh."
5. Menjaga dan memelihara kesehatan. Rasulullah SAW bersabda, "Puasalah, kalian akan sehat."
C. Anjuran di Bulan Puasa.
1. Memberi jamuan buka puasa. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa memberi jamuan buka puasa, pandangan Allah SWT, perbuatannya itu sama dengan memerdekakan budak dan ia akan mendapat ampunan atas segala dosanya yang telah lalu."
2. Banyak beribadah. Rasulullah SAW bersabda, "Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya terkabulkan, dan perbuatan salehnya dilipat gandakan pahalanya."
(Rujukan : (1) Al-Qur'an online untuk terjemahan bahasa Indonesia; (2) The Meaning of the Holy Qur'an untuk terjemahan bahasa Inggris; (3) Ensiklopedi Al-Qur'an Tematis Vol. 1 Bersama Allah).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerjasama Serikat Buruh SI-PKI

Antara tahun 1918 dan 1921 serikat-serikat  buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggota-anggota nya. Ini terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya buruh trampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama dari SI (Sarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Hindia). Kesuksesan serikat-serikat  buruh itu mendorong orang untuk bergabung dengan mereka. Dengan masuknya anggota-anggota  baru, serikat-serikat  tersebut memainkan peranan penting dalam mempolitisasi para pekerja dan dalam memberi kontribusi terhadap pengembangan dan organisasi anti-penjajahan . Dalam Kongres Nasional SI tahun 1919 terlihat bahwa masalah perjuangan kelas telah menjadi pembicaraan utama. Pada bulan Desember 1919 muncul upaya untuk menciptakan suatu federasi dari serikat buruh PKI dan SI yang diberi nama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). PPKB terdiri atas 22 serikat dan 72.000

NU

Para ulama Syafi'i di Jawa yang khawatir dengan pengaruh kaum Wahabi yang berkuasa di Mekah membentuk Komite Hijaz. Pada 31 Januari 1926 di Surabaya mereka mendirikan Nahdatul Ulama yang berarti Kebangkitan Ulama. Pendirinya adalah Hadratu 'l-Syekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan organisasi ini adalah berlakunya ajaran Islam berhaluan Ahlu 'l-Sunnah wa 'l- Jamaah dan penganut salah satu mazhab yang empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Pada kenyataannya yang dianut adalah mazhab Syafi'i. Dalam kehidupan politik NU ikut aktif semenjak zaman pergerakan kemerdekaan di masa penjajahan. NU aktif sebagai anggota Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI) kemudian Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk di zaman Jepang maupun setelah Indonesia Merdeka sebagai satu-satunya partai politik umat Islam Indonesia. Karena berbagai perbedaan pada tahun 1952 NU menyusul PSII dan Perti membentuk Liga Mu

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dalam s