Langsung ke konten utama

Timur Lenk dan Dinasti Timurid

Runtuhnya Baghdad menjadi faktor penting bagi ide untuk memperkokoh dinasti atau kesultanan di wilayah Timur (al-Masyriq). Wilayah yang termasuk al Masyriq (Timur) meliputi : (1) Wilayah seputar Afghanistan, tempat Dinasti Gaznawi; (2) Daratan Persia dan Asia Tengah, tempat dinasti Timurid berkuasa 136 tahun (1370-1506) dan Dinasti Qajar (1779-1924) yang berkuasa di Persia (Iran); serta (3) berbagai kesultanan atau kerajaan Islam di Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Dari Dinasti Timurid bisa ditelusuri jejak orang-orang Mongol setelah menghancurkan Baghdad. Hulagu Khan tidak tertarik berkuasa di Baghdad. Dia hanya menjarah kekayaan yang bisa dibawa. Lagipula Baghdad dan peradabannya sudah hancur pada tahun 1258. Hulagu Khan kemudian meninggalkan tempat itu dan mendirikan dinasti baru, Ilkhan.
Bersamaan dengan melemahnya pusat kekuasaan Mongol Raya di Cina dan beberapa dinasti Mongol yang berada di bawahnya, berkembang Dinasti Timurid melebarkan sayap kekuasaannya. Dinasti Timurid berkuasa di seluruh daratan Persia dan Asia Tengah pada akhir abad ke-14 sampai abad ke-15. Dinasti ini dibangun dan diperintah oleh Timur Lenk dan keturunannya, yang mengaku masih keturunan Jengiz Khan.
Timur Lenk lahir pada tahun 1336 di kota Kish, sebelah selatan kota Samarkhand, provinsi Transoksania. Ayahnya adalah gubernur Transoksania (Mā Warā'an-Nahr), daerah antara Sungai Amudarya/Oxus dan Sungai Syrdarya di Asia Tengah yang menjadi bawahan Dinasti Chahatayi, yang merupakan keturunan kedua Jengiz Khan. Timur menghabiskan waktu kecilnya untuk mengembala kambing. Julukan Lenk (Lame) di belakang namanya berarti pincang. Timur memiliki cacat pada salah satu kakinya akibat luka yang dideritanya saat mencuri kambing.
Timur Lenk atau Tamerlane kemudian masuk militer dan menguasai wilayah Dinasti Chagatayi sekaligus mendirikan Dinasti Timurid dengan Samarkand sebagai ibukota. Ia kemudian merebut daerah Khwarizm di bagian barat dan Moghulistan di bagian timur, kemudian Khurasan (Afganistan) tahunb1381. Setelah itu pasukannya tak tertahankan lagi. Mereka menyerbu ke arah barat melampaui Irak, Suriah dan Anatolia. Serangan dari sesama orang Mongol Pengembara memaksa Timur menarik pulang pasukannya. Pada tahun 1393 ia kembali memimpin laskarnya berperang sehingga berhasil merebut kembali Iran, Irak, Anatolia dan negara di Asia Kecil dan menyerbu India. Pada tahun 1398 ia menyebrangi Sungai Indus, menghancurkan kota Delhi, dan membunuh penduduknya. Ia menghancurkan pasukan Mesir tahun 1400 dan pasukan Turki dua tahun kemudian. Dengan keberhasilannya itu, wilayah kekuasaannya terbentang dari Sungai Eufrat sampai sungai Indus. Merasa belum puas, pada tahun 1404 ia menyerbu Cina untuk menaklukkan Kaisar Ming. Namun sebelum niatnya terlaksana, ia menderita sakit dan meninggal dunia dalam perjalanan (Ekayanti, 2004:332).
Timur meninggal pada 14 Januari 1405 dalam usia 71 tahun setelah berkuasa 36 tahun. Jenazahnya diangkut ke Samarkand dua bulan kemudian dan dimakamkan di Gur-i-Amir yang kemegahannya masih dapat disaksikan.
Sepeninggal Timur, kekuasan Dinasti Timur mulai dilanda perpecahan dan ahirnya pada tahun 1449 menjadi dua, Dinasti Timurid di Samarkand dan Dinasti Timurid di Khurasan. Dinasti Timurid di Samarkand berakhir tahun 1500 karena ditaklukkan dinasti baru, Syaibani. Dinasti Timurid di Khurasan berakhir tahun 1571 juga oleh Syaibani.
Dinasti Timurid memberikan kontribusi bagi perkembangan dan dinamika peradaban Islam karena Timur adalah tokoh yang memiliki perhatian besar untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di sisi lain terjadi penghancuran beberapa kota pusat peradaban Islam, surutnya populasi karena pembunuhan massal (Hafsin, Hakim, Fauzia, Dunia Islam Bagian Timur dalam ETDI, 2003: 155-161).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...