Langsung ke konten utama

Wahabi

Pendirian NU merupakan respon terhadap ajaran Wahabi di tanah air. Apakah Wahabi ?
Wahabi adalah sebutan bagi faham dan gerakan Syekh Muhammad bin 'Abdu'l-Wahhab. Penganut ajaran Wahabi sangat keras menentang keyakinan atau praktik yang bersifat khurafat dan syirik, seperti ziarah ke tempat-tempat keramat, meminta perantaraan seseorang yang dianggap wali untuk berhubungan atau berdoa kepada Tuhan, minta syafaat dari ulama, dan sebagainya. Dalam menyebarkan ajarannya di masa-masa awal, para penganut Wahabi tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan seperti menghancurkan kuburan-kuburan keramat. Faham Wahabi tersebar ke berbagai negeri Islam dan sekarang didukung Kerajaan Arab Saudi (Effendi, ENI Vol. 17, 2003:212).
Muhammad bin 'Abdu'l Wahab lahir di Uyainah dari keluarga Bani Tamim. Ayahnya, Syekh Abdul Wahab adalah ahli hukum Islam bermazhab Hanbali. Di Mekah ia berguru kepada ayahnya dan Syekh Sulaiman bin Sulaiman al Kurdi. Di samping itu ia banyak mempelajari pemikiran Ibnu Taimiyah dan banyak terpengaruh olehnya. Pendirianya tegas, sikapnya keras, dan pandangannya radikal (Widiatmoko, 2003:213)
Menurut Esposito, ada sejumlah isu yang menjadi penekanan ajaran Wahhabiyah atau paham Wahhabi yaitu tauhid, tawassul, ziarah kubur, takfir, bid'ah, ijtihad dan taklid.
(1) Tauhid (keesaan Allah) merupakan tema pokok dalam doktrin Wahabbiyah. Ibn Abdul Wahab memandang tauhid sebagai agama Islam itu sendiri. 
(2). Tawassul (perantara). Meminta perlindungan kepada batu, pohon dan semacamnya adalah syirik. Kebiasaan mencari perantara dari orang suci yang sudah meninggal adalah terlarang.
(3) Ziarah kubur. Seluruh makam suci harus dihancurkan. Kuburan harus dibangun sama rata dengan tanah. Tulisan-tulisan, prasasti, hiasan dan penerangan di pekuburan harus dihindari.
(4) Takfir. Seseorang yang telah mengucapkan syahadat tetapi masih mempraktikkan syirik (sesuai definisi kaum Wahabi) seharusnya dicela sebagai kafir dan seharusnya dibunuh.
(5) Bid'ah adalah setiap ajaran atau tindakan yang tidak didasarkan pada Al Quran, Sunnah Nabi atau otoritas para sahabat Nabi.
(6)Ijtihad. Wahabiyah menolak pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup.
(7) Taklid. Wahabiyah menolak taklid. Meskipun Wahabiyah mengikuti Mazhab Hanbali, mereka tidak menerima pandangan-pandangannya sebagai jawaban final. Apabila terdapat tafsiran Hanbali terbukti bersalah, pendapat itu harus ditinggalkan. Untuk mendukung pendapat mereka, kaum Wahabiyah mengutip ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa Al-Quran dan hadis sebagai satu-satunya dasar penetapan hukum.
(Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Vol. 6, 2002:143-144).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Perang Gerilya Jendral Sudirman

  Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya, Karsid Kartawiraji bekerja sebagai mandor pabrik tebu di Purwokerto. Ibunya, Sijem berasal dari Rawalo, Banyumas. Sejak kecil Sudirman dibesarkan oleh pamannya, Raden Tjokrosoenarjo (kakak ipar Sijem). Sudirman memperoleh pendidikan di   Hollands Inlandse School (HIS) Taman Siswa Purwokerto kemudian pindah ke Sekolah Wira Tama dan tamat pada tahun 1924. Setelah tamat di Sekolah Wira Tama, Sudirman melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (Sekolah Guru) Muhammadiyah di Solo. Jiwa militansi Sudirman tertempa sejak ia masuk Hizbul Wathan (kepanduan Muhammadiyah). Kemudian Sudirman menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah. Pada tahun 1936, Sudirman menikah dengan Alfiah, temannya saat bersekolah di HIS Taman Siswa Purwokerto dan dikaruniai tujuh orang anak. Pada zaman pendudukan Jepang, Sudirman   meninggalkan profesi sebagai guru dan mengikuti latihan militer (Peta). Ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Batalion) ...

Syafruddin Menyerahkan Mandatnya

  Setelah Tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta pada akhir bulan Juni 1949, pada tanggal 4 Juli 1949, utusan Republik yaitu Mohammad Natsir, Dr. Leimena dan    Dr. Halim berangkat ke Bukittinggi untuk mengadakan kontak dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan tiba di Yogyakarta dari Pulau Bangka. Di lapangan terbang Meguwo mereka disambut para pembesar, rakyat dan anggota UNCI. Sesudah kembalinya pemerintah Republik ke Yogyakarta, pada sidang pertama Kabinet Republik tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin atas nama PDRI menyerahkan mandatnya kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 14 Juli 1949, Kabinet Republik Indonesia menerima Persetujuan Roem-Royen. Bantuan Untuk Republik Bantuan untuk Republik Indonesia datang dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pertama pada tanggal 11 Juli 1949, NIT memberi sumbangan berupa barang-barang tekstil dan obat-obatan...

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dal...