Langsung ke konten utama

Runtuhnya Sistem Khilafah

Pada tahun 1924 Turki di bawah Kemal Attaturk, menghapuskan jabatan khalifah setelah diklaim oleh sultan sultan Usmani selama enam ratus tahun. Dengan adanya kekosongan kekalifahan tersebut, Mesir bermaksud menyelenggarakan suatu konferensi Islam internasional guna membahas masalah kekhalifahan tersebut. Pada saat yang sama di jazirah Arab terjadi kekacauan ketika pada tahun 1924, Ibn Saud merebut Mekah dengan membawa ide-ide pemurnian Wahabbi dan mengklaim dirinya sebagai khalifah. Dia pun mengundang seluruh umat Islam ke dalam suatu konferensi kekhalifahan.
Selama tahun 1924-1926 kaum muslim Indonesia membentuk komite-komite yang akan menghadiri dua konferensi tersebut, tetapi wakil-wakilnya sebagian besar adalah modernis dan Tjokroaminoto tampil menonjol ( Ricklefs, 2005: 369).
Para ulama Syafi'i Indonesia yang sudah cukup makan garam, tidak menyukai modernisme yang mereka samakan dengan Wahabbisme, yaitu suatu gerakan pemurnian yang hanya mengakui kewenangan Mazhab Hambali. Mereka meremehkan Tjokroaminoto dan mereka merasa takut bahwa kepentingan-kepentingan mazhab Safi'i akan diabaikan di Mekah dan Kairo.
Dari sini pertengkaran dalam politik Indonesia di masa kolonial tidak cuma terjadi antara Islam dan Komunis, tetapi juga antara sesama umat Islam itu sendiri seperti akan terlihat dalam tulisan-tulisanberikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerjasama Serikat Buruh SI-PKI

Antara tahun 1918 dan 1921 serikat-serikat  buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggota-anggota nya. Ini terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya buruh trampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama dari SI (Sarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Hindia). Kesuksesan serikat-serikat  buruh itu mendorong orang untuk bergabung dengan mereka. Dengan masuknya anggota-anggota  baru, serikat-serikat  tersebut memainkan peranan penting dalam mempolitisasi para pekerja dan dalam memberi kontribusi terhadap pengembangan dan organisasi anti-penjajahan . Dalam Kongres Nasional SI tahun 1919 terlihat bahwa masalah perjuangan kelas telah menjadi pembicaraan utama. Pada bulan Desember 1919 muncul upaya untuk menciptakan suatu federasi dari serikat buruh PKI dan SI yang diberi nama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). PPKB terdiri atas 22 serikat dan 72.000

NU

Para ulama Syafi'i di Jawa yang khawatir dengan pengaruh kaum Wahabi yang berkuasa di Mekah membentuk Komite Hijaz. Pada 31 Januari 1926 di Surabaya mereka mendirikan Nahdatul Ulama yang berarti Kebangkitan Ulama. Pendirinya adalah Hadratu 'l-Syekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan organisasi ini adalah berlakunya ajaran Islam berhaluan Ahlu 'l-Sunnah wa 'l- Jamaah dan penganut salah satu mazhab yang empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Pada kenyataannya yang dianut adalah mazhab Syafi'i. Dalam kehidupan politik NU ikut aktif semenjak zaman pergerakan kemerdekaan di masa penjajahan. NU aktif sebagai anggota Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI) kemudian Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk di zaman Jepang maupun setelah Indonesia Merdeka sebagai satu-satunya partai politik umat Islam Indonesia. Karena berbagai perbedaan pada tahun 1952 NU menyusul PSII dan Perti membentuk Liga Mu

Insiden Djawi Hisworo

Menguatnya politik Islam reformis dan sosialisme tidak menyurutkan nasionalisme etnis khususnya nasionalisme Jawa. Menurut Ricklefs, para nasionalis Jawa secara umum tidak menerima Islam reformis dan cenderung melihat masa Majapahit pra Islam sebagai zaman keemasan. Hasil dari pekerjaan arkeologi yang didanai pemerintah, termasuk pembangunan kembali candi-candi pra-Islam yang sangat indah serta penerbitan teks-teks Jawa Kuno oleh para sarjana filologi telah membuat Jawa pra-Islam dikenal baik dan tergambar sebagai titik tinggi peradaban Jawa klasik yang membangkitkan sentimen nasionalis Jawa. Pada tahun 1917, Comité voor het Javaansch Nationalisme (Komite untuk Nasionalisme Jawa) didirikan. Komite ini aktif pada tahun 1918 dengan menerbitkan majalah bulanan Wederopbouw (Rekonstruksi).  Kekuatan penuntun utama di balik gerakan ini adalah Kerajaan Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII (1916-1944). Nasionalisme Jawa dan pembaharuan Islam berbenturan ketika muncul tulisan dalam s